Ketika Akses Diberi, Tapi Daya Saing Belum Dimiliki
Baru-baru ini dunia menyaksikan Amerika Serikat mendapatkan akses penuh ke pasar Indonesia, sementara kita malah dikenai tarif 19%. Ini bukan sekadar ketimpangan perdagangan. Ini adalah wake-up call bagi masa depan bangsa---terutama dalam sektor digital dan sumber daya manusianya.
Di tengah derasnya arus globalisasi, kita perlu bertanya:
Siapa yang mengendalikan sistem kita? Siapa yang menciptakan? Siapa yang hanya memakai?
Indonesia Tidak Boleh Jadi "Client State"
Jika hari ini kita hanya menggunakan produk asing---cloud, aplikasi, AI, pembayaran, data center---lalu siapa yang membangun semua itu? Bukan kita. Kita hanya client, bukan creator.
Mimpi Indonesia Emas 2045 tidak akan tercapai jika kita:
Bergantung pada teknologi luar
Tidak punya kedaulatan atas data
Tidak membangun ekosistem inovasi lokal
Transformasi SDM: Titik Awal Revolusi
Kita perlu menanamkan sejak dini bahwa anak-anak muda Indonesia harus jadi penggerak, bukan sekadar konsumen. Butuh transformasi di level:
Pendidikan: integrasi coding, keamanan digital, AI sejak SMP
Kebijakan: keberpihakan pada talenta lokal dan produk buatan bangsa
Industri: menciptakan ruang inovasi, bukan hanya ruang konsumsi
Bela Produk Lokal, Dukung Ekosistem Kita Sendiri
Sebagaimana dikatakan banyak tokoh:
"Kalau kita tidak bisa memenuhi kebutuhan sendiri, maka kita tidak punya posisi tawar."
Bela produk dalam negeri bukan hanya soal ekonomi. Tapi soal kedaulatan, ketahanan, dan martabat bangsa. Kalau kita ingin Indonesia Emas, kita harus mulai dari hal paling mendasar: membangun sistem kita sendiri.
Visi Indonesia Emas: Kuat Karena Berdiri di Kaki Sendiri
Bayangkan tahun 2045, saat Indonesia genap 100 tahun. Kita tidak hanya bangga karena infrastruktur fisik, tapi juga karena kita punya:
Cloud nasional yang berdaulat
Startup karya anak bangsa yang mendunia
Sistem pembayaran dan logistik mandiri
Data yang disimpan dan dilindungi di dalam negeri
Dan semua itu hanya bisa terjadi jika kita berani berinvestasi di sektor paling mahal: manusianya.
Penutup: Indonesia Emas Bukan Hadiah, Tapi Hasil
Indonesia Emas 2045 tidak datang dari luar. Ia tumbuh dari tangan-tangan kreatif anak bangsa yang diberi ruang, kepercayaan, dan perlindungan.
Kalau hari ini kita menanam ketergantungan, jangan berharap menuai kedaulatan.
Tapi kalau hari ini kita menanam keberanian membangun sistem sendiri, insyaAllah 2045 kita tidak sekadar emas secara simbolik---tapi bernilai secara strategik di mata dunia.
Referensi:
.