Hari Terakhir yang Sarat Makna
Pagi itu terasa berbeda. Ada nuansa haru, bangga, sekaligus optimis di wajah para guru. Hari terakhir pelatihan coding bukanlah sesi biasa. Ia jadi saksi lahirnya puluhan agen perubahan — para pendidik yang kini bukan hanya bisa mengajar, tapi juga menavigasi dunia digital.
Bagi sebagian, mungkin ini kali pertama menyentuh Scratch. Bagi lainnya, ini adalah momen menyadari bahwa coding bukan sekadar bahasa mesin… tapi bahasa masa depan anak-anak kita.


Teknologi yang Didekatkan, Bukan Ditakuti
Sepanjang pelatihan, ada satu pesan yang terus digaungkan: teknologi bukan untuk ditakuti, tapi dipahami. Kita tidak bisa melarang anak-anak bermain gawai, tapi kita bisa membimbing mereka menciptakan sesuatu dari sana.
Coding hari ini bukan lagi milik orang IT. Ia adalah bagian dari literasi baru. Sama pentingnya dengan membaca dan berhitung. Maka ketika guru mampu memahami dasar logika algoritma, membuat game edukasi, atau menyusun presentasi dengan bantuan AI — saat itulah sekolah ikut berubah.
Kelas yang Tumbuh Bersama
Salah satu momen berkesan hari ini adalah saat guru-guru saling bantu: ada yang ajarkan cara screen mirroring dengan HP seadanya, ada yang bantu meng-generate slide pakai Gamma AI, ada juga yang bikin proyek bareng dengan penuh tawa. Tak ada yang merasa paling hebat. Semua saling dukung, saling tumbuh.
Bukan Tamat, Tapi Titik Awal
Pelatihan boleh selesai. Tapi ini bukan akhir. Justru inilah awal dari perjalanan panjang membumikan teknologi di ruang kelas. Ketika guru pulang, mereka bawa lebih dari sekadar sertifikat — mereka bawa bekal keberanian, pengalaman, dan tekad untuk menjadikan kelasnya ruang eksplorasi.
Dan mungkin, satu hari nanti… anak-anak yang belajar dari mereka akan berkata: “Saya bisa bikin aplikasi ini karena guru saya dulu ngajarin coding dengan sabar.”
Ajakan untuk Terus Menulis dan Berbagi
Sebelum bubar, sempat disampaikan satu ajakan: tulislah. Bagikan pengalaman. Satu tulisan guru di Kompasiana bisa jadi pencerah bagi ratusan guru lain yang belum sempat ikut pelatihan. Karena ketika guru menulis, ilmu takkan pernah mati. Ia akan terus mengalir, menembus batas ruang dan waktu.
Menumbuhkan Critical Thinking di Ruang Guru
Di hari terakhir ini, satu hal menjadi sangat jelas: pelatihan coding bukan hanya tentang teknologi… tapi tentang pola pikir. Kami diajak bukan sekadar mengklik, drag, atau mengetik. Kami diajak berpikir. Bertanya. Menganalisis. Mencoba. Gagal. Lalu mencoba lagi.
Inilah esensi dari critical thinking — kemampuan yang hari ini jadi lebih penting dari sekadar menghafal materi. Karena di masa depan, siswa tidak butuh jawaban cepat… mereka butuh guru yang bisa mengajarkan cara bertanya yang tepat.
Dan kami bersyukur, pelatihan ini memberi ruang itu. Bahwa seorang guru harus jadi pembelajar sepanjang hayat, dan berani bertanya bahkan saat usia tidak lagi muda.
Persahabatan yang Tak Selesai di Ruang Kelas
Satu hal yang paling indah dari pelatihan ini adalah rasa kebersamaan. Meskipun sesi belajar resmi telah usai, tapi hati-hati ini enggan berpisah. Grup WhatsApp tidak dibubarkan — karena ada semangat untuk tetap terhubung, saling berbagi, dan menguatkan di tengah medan tugas masing-masing.
Kami tahu… belajar tak akan selesai di pelatihan. Justru setelah ini, kami akan saling sapa dengan: “Bu, saya butuh template slide coding…” atau “Prof, anak saya juga mau coba Scratch, gimana caranya?”, "Prof Ai yg bagus untuk thesis saya apa?" Insya Allah semua pertanyaan di wag akan saya jawab sesuai kemampuan dan pengetahuan saya
Plot Twist yang Menjadi Berkah
Kalau boleh jujur… awalnya saya tidak menyangka akan ada di sini. Keikutsertaan ini awalnya datang sebagai “plot twist” — mungkin bukan bagian dari rencana besar yang terstruktur, tapi justru di situlah letak rahmatnya. Tanpa disangka, saya dipertemukan dengan guru-guru hebat, penuh semangat, dan penuh cinta pada murid-muridnya.
Hari demi hari bersama para pendidik ini menjadi semacam reminder… bahwa dunia pendidikan tidak pernah kekurangan harapan. Saya bukan sekadar ikut pelatihan. Saya belajar kembali — tentang ketulusan, tentang perjuangan, dan tentang pentingnya tetap rendah hati meski sudah banyak tahu.

Semoga kebersamaan ini bukan yang terakhir. Mari terus bergerak, menulis, dan berbagi. Karena ketika guru bersatu… masa depan jadi lebih terang.

Ucapan Terima Kasih dan Penghargaan
Sebagai penutup, izinkan saya menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak dan Ibu Guru peserta Pelatihan Coding ToT KKA Tangerang 2 Kamar 9.9 . Kehadiran dan semangat Bapak/Ibu telah menjadikan pelatihan ini lebih hidup, penuh makna, dan tak terlupakan.
Berikut nama-nama guru hebat yang telah terlibat aktif selama pelatihan:
🔹 Kelompok 1
Bu Dede Kurniyasih (SDN Keboncau IV)
Pak Muhammad Yusup (SDN Gaga III)
Bu Neneng Purnamasari (SDN Sangiang 2)
Bu Thoyyibatul Mawaddah (SDN Tanjung Burung)
Bu Ulfatul Azizah (SDN Gempol Sari)
Bu Neng Satriani, S.K (SDN Buaran Bambu V)
🔹 Kelompok 2
Bu Rita Kartika (SDN Buaran Mangga II)
Pak Hamzah Haz (SDN Kedung Jaya)
Bu Nuraini Septiani (SDN Kampung Kelor III)
Bu Een Yusroniah (SDN Kampung Melayu II)
Bu Siti Rukoyah (SDS Wasilatul Ummah)
🔹 Kelompok 3
Pak Nanang Kusnadi (SDN Bojongrenged V)
Bu Riska Hidayat (SDN Sangiang III)
Bu Sumarni Utami (SD Negeri Pakuhaji III)
Bu Maftuha (SDN Kampung Melayu VII)
Pak Muhamad Suherman (SDN Kramat I)
🔹 Kelompok 4
Pak Deden (SDN Kohod III)
Pak Nurdin (SDN Pakuhaji II)
Bu Siti Kholilah (SD Negeri Tanjung Pasir I)
Bu Een Suharni (SDN Buaran Mangga I)
Bu Ria Dwi Puspa (SDN Kampung Kelor II)
Semoga ilmu yang telah dibagikan dan diterima selama pelatihan ini menjadi berkah dan bekal berharga dalam mendampingi peserta didik menuju masa depan gemilang. Terima kasih telah menginspirasi.
.