20px

LPD Informatika FTUMJ Hadirkan Pelatihan Revolusioner: Guru SMP Belajar Koding dan KA

Jodyaryono5072
160 artikel
Peserta Pelatihan Koding KA Lokus Jakarta usat 1 dan 2 , Sumber : Dok. FTUMJ
Peserta Pelatihan Koding KA Lokus Jakarta usat 1 dan 2 , Sumber : Dok. FTUMJ
Kelompok Belajar , dan pembentukan organisasi kelas mempermudah penyerapan belajar , Sumber: Dok FTUMJ
Kelompok Belajar , dan pembentukan organisasi kelas mempermudah penyerapan belajar , Sumber: Dok FTUMJ
Dibuatkan Kelompok yg terdiri dar 5 dan 6 orang perkelompok , Dok FTUMJ
Dibuatkan Kelompok yg terdiri dar 5 dan 6 orang perkelompok , Dok FTUMJ

LPD FTUMJ Hadirkan Pelatihan Revolusioner: Guru SMP Belajar Koding dan KA  

Pembukaan Pelatihan

Acara pembukaan pelatihan Koding dan KA untuk guru SMP di aula Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FTUMJ) tetap berlangsung hangat meski Kepala Dinas berhalangan hadir. Suasana dibuka oleh tim instruktur dari LPD Informatika FTUMJ, menghadirkan semangat kolaboratif dan kesiapan guru-guru dalam menyambut era digitalisasi pendidikan.

Momen yang Tak Akan Saya Lupakan

Berdiri di pembukaan sebagai satu-satunya instruktur laki-laki bukan hal besar. Tapi bagi saya, itu adalah momen reflektif.

Saya menyaksikan bahwa perubahan tidak selalu dimulai dari lembaga pusat... kadang ia lahir dari ruang kelas, dari kampus, dari guru-guru yang tak malu belajar ulang baik yg berlatar It maupun Non IT.

Kelompok Belajar , dan pembentukan organisasi kelas mempermudah penyerapan belajar , Sumber: Dok FTUMJ
Kelompok Belajar , dan pembentukan organisasi kelas mempermudah penyerapan belajar , Sumber: Dok FTUMJ

Guru SMP dan Tantangan Digitalisasi

Kami menyapa mereka bukan dengan istilah teknis yang berat, tapi dengan pertanyaan mendasar:

“Kalau anak-anak kita sudah mengenal teknologi sejak usia 10 tahun, siapa yang akan mendampingi mereka kalau bukan gurunya sendiri?”

Pelatihan ini membimbing para guru dari nol. Kami nanti kedepan mengenalkan logika koding, dasar AI, dan alat bantu seperti Teachable Machine dan Generative AI.

Dibuatkan Kelompok yg terdiri dar 5 dan 6 orang perkelompok , Dok FTUMJ
Dibuatkan Kelompok yg terdiri dar 5 dan 6 orang perkelompok , Dok FTUMJ

Tidak Semua Memiliki Background IT

Dari total 22 peserta yang hadir, komposisinya cukup seimbang: 11 orang berlatar belakang pendidikan IT dan 11 orang dari non-IT. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam menyampaikan materi, karena pendekatan harus disesuaikan agar semua peserta dapat memahami tanpa merasa tertinggal ataupun bosan. Justru di sinilah letak menariknya—menyatukan dua dunia dalam satu ruang belajar.

Hal Klasik: Keterbatasan Sarana dan Prasarana

Salah satu kendala utama yang dihadapi guru-guru dalam menerapkan pembelajaran koding dan KA di sekolah adalah keterbatasan fasilitas. Banyak sekolah yang belum memiliki laboratorium komputer memadai, koneksi internet yang stabil, atau perangkat pendukung seperti laptop dan proyektor. Tantangan ini diperparah dengan minimnya pelatihan lanjutan setelah workshop berakhir, sehingga guru kesulitan melakukan pengimbasan di lingkungan sekolahnya. Selain itu, tekanan kurikulum yang padat sering membuat guru enggan menyisipkan materi digital yang dianggap tambahan. Maka dari itu, pelatihan ini juga menjadi ruang advokasi bahwa literasi digital bukan beban tambahan, melainkan bagian dari kebutuhan belajar masa kini.

Pembentukan Organisasi Kelas

Untuk mempercepat proses belajar-mengajar, peserta kemudian dibagi ke dalam organisasi kecil kelompok kelompok dibaur yg punya Background IT dan Non-IT agar penyerapan kodig dan ka lebih merata anatar sesama anggota kelompok. Dibentuklah ketua kelas untuk mengatur dinamika umum, serta beberapa ketua kelompok belajar yang bertugas mengoordinasikan diskusi anggotanya, praktik, dan pendampingan teknis di setiap sesi. Ketua kelas bertanggung jawab terhadap kebutuhan fasilitasi umum seperti koordinasi ruangan, jadwal, dan komunikasi dengan instruktur. Sementara itu, ketua kelompok bertanggung jawab kepada ketua kelas untuk memastikan semua anggota kelompok aktif dan terlibat dalam proses belajar.

Membuat Semua Mudah

Kami sering menyederhanakan penjelasan dengan analogi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Koding itu seperti memasak Indomie ada langkah-langkahnya, cukup ikuti instruksi, dan hasilnya bisa langsung terlihat. Sedangkan Kecerdasan Artifisial (KA) ibarat mesin yang tahu persis rasa Indomie favorit kita dan kapan kita ingin menyantapnya karena ia belajar dari kebiasaan kita. Sesederhana dan sekuat itu teknologi bekerja ketika dipahami dengan benar.

KAmi akui memang banyak sekali tugasya kalo dikerjakan sendiri makanya itu dibentuklah kelompok kelompok dan , anggota kelompok masing masing diharapkan mempunyai kontribusi langsung terhadap hasil pekerjaan kelompoknya

Refleksi Hari Pertama: Menyatukan Dua Dunia di Ruang Belajar Digital

Hari pertama pelatihan ini membuka banyak wawasan, tidak hanya bagi peserta tetapi juga bagi tim instruktur. Kami melihat antusiasme yang tinggi, meskipun banyak peserta yang berasal dari latar non-IT. Adaptasi mereka terhadap materi digital seperti koding dan KA menjadi bukti bahwa semangat belajar para guru masih sangat kuat. Dinamika kelompok berjalan cukup baik, terutama setelah dibentuknya struktur ketua kelas dan ketua kelompok. Ini mempercepat interaksi dan memungkinkan kami menangani pertanyaan secara lebih efisien. Hari pertama bukan hanya tentang mentransfer ilmu, tapi juga membangun kepercayaan diri bahwa semua guru bisa belajar teknologi tanpa harus menjadi ahli terlebih dahulu.

“Teknologi tak memilih siapa yang ahli, tapi siapa yang berani belajar.”

.