Setelah Dihapus, Apakah Kita Akan Memulai dari Nol?
Artikel sebelumnya membahas bagaimana Indonesia bisa "dihapus" secara sistemik oleh kebijakan akses penuh dari negara lain---ibarat sudo rm -rf / di sistem Linux. Tapi pertanyaan yang paling banyak muncul di komentar pembaca adalah:
"Lalu kapan kita akan punya sistem yang kuat, tangguh, dan mandiri?"
Pertanyaan ini bukan hanya menyentuh. Tapi juga menantang kita untuk menjawabnya secara konkret.
Tidak Bisa Seketika, Tapi Bisa Dimulai Sekarang
Kedaulatan digital dan ekonomi tidak bisa dibeli. Ia harus dibangun---bit by bit. Bukan dengan satu keputusan besar, tapi melalui:
Kesadaran kolektif
Keberpihakan kebijakan
Investasi pada sumber daya lokal
Keberanian menggunakan produk dalam negeri
Kita tidak sedang kekurangan talenta. Yang kurang adalah kepercayaan dan keberanian untuk menolak dikendalikan.
Tiga Pilar Menuju Sistem Mandiri
1. Teknologi Lokal yang Didukung Kebijakan
Dorong penggunaan cloud lokal, AI lokal, dan platform buatan anak bangsa
Wajibkan penyimpanan data dalam negeri
Berikan insentif fiskal untuk produk teknologi yang berbasis di Indonesia
2. Edukasi dan Produksi Talenta Digital
Jangan hanya menyiapkan pengguna teknologi, tapi juga pencipta
Masukkan kurikulum open-source, coding, dan keamanan digital sejak dini
Perkuat koneksi antara pendidikan dan industri startup
3. Regulasi Perlindungan & Perlawanan Data
UU Perlindungan Data Pribadi harus aktif dan tegas
Batasi ekspor data mentah ke luar negeri
Berikan penalti bagi perusahaan yang menyalahgunakan data warga Indonesia
Jangan Cuma Pakai, Mari Kita Kembangkan
Kita terlalu lama menjadi user dari sistem yang dibangun bangsa lain. Sekarang saatnya menjadi engineer. Menulis kode kita sendiri. Menentukan batas dan otoritas dalam infrastruktur digital kita.
Tanpa ini, kita hanya menjadi negara pasar. Dan pasar yang tidak dilindungi bisa dijarah siapa saja.
Refleksi: Dari Konsumen Menjadi Arsitek
Bangsa ini terlalu besar untuk hanya jadi pengguna. Kita punya jutaan programmer, desainer, analis, dan pemikir muda. Kalau hari ini kita hanya menjadi penonton dari pertarungan raksasa digital global, itu bukan karena kita lemah---tapi karena kita belum bersatu membangun sistem kita sendiri.
Menulis ulang sistem itu mungkin seperti membuat ulang OS dari nol. Tapi seperti Linux, semua dimulai dari komunitas. Dan dari komunitas, bisa lahir sebuah gerakan.
Referensi:
RI Kena Tarif 19 Persen dari Trump, AS Dapat Full Access ke RI" selengkapnya di sini
Mengurai Implementasi Kedaulatan Digital di Indonesia
.