AI dalam Pendidikan Islam: Boleh atau Berbahaya?
Kecerdasan buatan (AI) kini mulai masuk ke ranah pendidikan. Dari soal ujian otomatis, pengoreksi hafalan, hingga guru virtual. Tapi di tengah kemudahan ini, muncul satu pertanyaan penting: apakah AI cocok dan dibolehkan dalam pendidikan Islam?
Manfaat AI untuk Pendidikan Islam
Akses Belajar 24 Jam: Santri bisa bertanya ke chatbot AI kapan saja tanpa harus menunggu ustadz bangun tidur.
Pengajaran Personal: AI bisa menyesuaikan materi sesuai kemampuan murid.
Evaluasi Cepat dan Objektif: Tidak ada nilai karena 'anak kiai' atau 'anak biasa'. Semua dinilai algoritma.

Tantangan dan Risiko
Hilangnya Adab: Interaksi manusia dalam pendidikan Islam bukan sekadar transfer ilmu, tapi juga adab, barokah, dan keteladanan.
Data Bias: AI belajar dari data digital, bukan dari sanad keilmuan. Bisa jadi salah paham dalam menjawab soal agama.
Ketergantungan Teknologi: Kalau listrik mati atau server down, santri bisa ikut 'koma'.
Apa Kata Islam?
Islam sangat terbuka dengan teknologi, selama:
✅ Tujuan penggunaannya halal dan bermanfaat.
✅ Tidak menggantikan peran guru secara total.
✅ Tidak menjadi sarana penyebaran kesesatan atau manipulasi dalil.
Jalan Tengah: Kolaborasi, Bukan Substitusi
Alih-alih menjadikan AI sebagai pengganti ustadz, kita bisa menjadikannya asisten ustadz. Ia bantu mengajar, menguji, atau memvisualkan pelajaran—sementara nilai spiritual, sanad, dan adab tetap dijaga oleh guru manusia.
AI mungkin bisa menjelaskan makna ayat. Tapi yang bisa membuat hati luluh tetap doa dan nasihat dari guru yang ikhlas.
Teknologi bukan musuh. Tapi ia harus diletakkan di belakang ilmu, bukan di atasnya.
.