20px

AI dalam Pandangan Syariat: Manusia Tetap Khilafah Bukan Mesin

Jodyaryono5072
160 artikel
 AI dalam Pandangan Syariat. Sumber: Ilustrasi dibuat oleh AI (ChatGPT + DALL·E, OpenAI) Prompt by J
 AI dalam Pandangan Syariat. Sumber: Ilustrasi dibuat oleh AI (ChatGPT + DALL·E, OpenAI) Prompt by J

AI dalam Pandangan Syariat: Manusia Tetap Khalifah, Bukan Mesin

Perkembangan Artificial Intelligence (AI) kini menyentuh hampir semua aspek kehidupan, dari otomasi industri hingga penulisan artikel seperti ini. Tapi, bagaimana pandangan syariat terhadap AI? Apakah mesin bisa menggantikan manusia dalam menjalankan tanggung jawab spiritual dan sosial?

AI Adalah Alat, Bukan Subjek Moral

Dalam Islam, akal adalah anugerah yang hanya diberikan kepada manusia. Akal memungkinkan manusia membedakan baik dan buruk, menerima perintah, dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Maka, AI yang tidak memiliki kehendak bebas dan nurani, tidak bisa menjadi subjek hukum dalam Islam. Ia hanya alat bantu---secerdas apapun kemampuannya.

Tugas Khalifah Tidak Bisa Dialihkan

Allah telah menetapkan manusia sebagai khalifah fil ardh (pemimpin di muka bumi) [QS. Al-Baqarah: 30]. Tugas ini mencakup amanah, keadilan, dan pengelolaan bumi dengan hikmah. AI mungkin bisa menyimpan lebih banyak data, tetapi tidak bisa diamanahi seperti manusia. Menyerahkan sepenuhnya pengambilan keputusan kepada mesin tanpa nilai-nilai syariah adalah bentuk kelalaian dalam memikul amanah sebagai khalifah.

Etika dan Fiqih AI

Para ulama kontemporer mulai membahas fiqih AI---apakah penggunaan AI dalam perbankan, militer, bahkan dakwah dibolehkan? Prinsip utamanya adalah:

Manfaat harus lebih besar dari mudarat.

  • Tidak boleh menghapus peran manusia dalam keputusan bermoral.

  • Transparansi dan keadilan harus dijaga.

    Dengan kata lain, AI boleh digunakan selama tetap dalam kendali nilai-nilai syariah dan tidak menggantikan fungsi ruhani manusia.

    Jangan Takut, Tapi Tetap Waspada

    AI bukan dajjal, tapi juga bukan malaikat. Ia bisa bermanfaat, bisa pula menjerumuskan jika digunakan tanpa kontrol syariat. Maka, umat Islam harus melek teknologi, namun tetap berpegang pada prinsip ilahiyah.

    Wallahu a'lam bish-shawab.
    Semoga kita tetap jadi hamba Allah yang cerdas memanfaatkan teknologi, tapi tak pernah lupa bahwa mesin bukan pemimpin---manusia tetap khalifah.

    .